Bisa Dewek adalah sebuah film tentang Ikatan Petani Pengendalian Hama
Terpadu Indonesia (IPPHTI), sebuah organisasi petani padi di Indramayu, Jawa
Barat, Indonesia. Film ini mendokumentasikan tantangan yang dihadapi petani
dalam meraih keterampilan untuk menghasilkan varietas padi sendiri, serta
hambatan yang mereka hadapi untuk menjual varietas baru akibat peraturan yang
berlaku.
Masalah-masalah yang dihadapi adalah swambada pangan, program politik orde
baru, tahun 70an terjadi ledakan hama, prinsip PHT, FFS (Farmer Field School),
petani organik, harga pupuk hibrida 40rb/kg menyulitkan petani karena mahal,
sebelum revolusi hijau petani menjadi penyeleksi benih lokal tapi selama
revolusi hijau petani hanya membeli & menanam benih pemerintah.
Tujuan utama pelaksanaan program “Bisa Dewek” ini yaitu memperoleh dukungan
dan pengakuan pemerintah tas aktivitas pemuliaan tanaman memunculkan kesadaran
identitas diri petani sebagai IPPHTI.fenomena tersebut berlangsung di kelompok-
kelompok basis IPPHTI Kabupaten Indramayu.
Pesan utama yang
ingin disampaikan dalam film ini adalah ide kemandirian petani melalui
pengembangan Sains Petani. Ada tiga kegiatan Sains Petani yang diangkat dalam
film ini, yaitu: kegiatan pemuliaan tanaman (padi dan sayuran), kegiatan budi
daya tanaman padi dengan sistem tanam akar sehat atau SRI (System of Rice
Intensification) , dan cocok tanam secara organik.
Perubahan yang dialami para petani padi di Indramayu yaitu, mereka tidak
hanya menjadi pembeli benih yang diproduksi pemerintah, tetapi juga menjadi
produsen
benih, hasil persilangan benih-benih padi yang dilakukannya sendiri. “Bisa Dèwèk” atau “Mampu Melakukan Sendiri”, itulah yang menjadi judul film etnografi yang diproduksi bersama dengan antropolog-antropolog muda Indonesia sebagai media untuk memperoleh pengakuan pemerintah atas ketrampilan mereka menjadi pemulia tanaman.
benih, hasil persilangan benih-benih padi yang dilakukannya sendiri. “Bisa Dèwèk” atau “Mampu Melakukan Sendiri”, itulah yang menjadi judul film etnografi yang diproduksi bersama dengan antropolog-antropolog muda Indonesia sebagai media untuk memperoleh pengakuan pemerintah atas ketrampilan mereka menjadi pemulia tanaman.
Film ini memaparkan proses-proses pembentukan
dan penguatan identitas di kalangan petani petani yang tergabung dalam
organisasi IPPHTI (Ikatan Petani Pengendali Hama Terpadu Indonesia), Indramayu.
Proses ini berlangsung melalui serangkaian peristiwa dan kegiatan kolaboratif
antara organisasi IPPHTI Indramayu dengan Departemen Antropologi FISIP UI yang
berlangsung dalam kurun 2006-2007. Dalam proses tersebut, program sosialisasi
nilai kemandirian melalui pembuatan dan penayangan film Bisa Dèwèk tersebut merupakan
salah satu titik balik dalam proses pembentukan dan penguatan identitas petani
IPPHTI yang menerapkan nilai-nilai kemandirian (Bisa Dèwèk).
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dan pengamatan terlibat melalui
keikutsertaan peneliti dalam program tersebut dan mengikuti perkembangan
aktivitas dan pandangan petani. Pembentukan dan penguatan identitas ini
berkonsekuensi terhadap munculnya kemampuan petani untuk mendapatakan posisi
dan daya tawar baru terhadap pihak-pihak yang selama ini cenderung menempatkan
petani sebagai pihak yang sub-ordinat. Pembentukan dan penguatan identitas
tersebut kini menempatkan petani dalam sebuah hubungan yang sejajar dengan
pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal. Hal tersebut terlihat
dalam otonomi petani dalam berbagai pelaksanaan program dan kegiatan Sekolah
Lapang Pemuliaan Tanaman (SLPT) dan pengelolaan konservasi benih.
Bagian pertama dalam film ini menyajikan kisah kolaborasi petani dengan
para antropolog serta fenomena yang terwujud seputar kerja sama itu. Bagian
kedua dalam film ini memaparkan hasil penelitian etnografi para antropolog
dalam mengulas fenomena perubahan pengetahuan dan ketrampilan petani sebagai
“pemulia tanaman” dalam berbagai dimensi.
Film ini merupakan gambaran konkrit peranan antropologi dalam kajian
pembangunan
masyarakat Indonesia. Metode partisipasi observasi yang khas antropologi dalam kajian masyarakat perdesaan, ditambah dengan etnografi visual yang mendukungnya, sangat tepat diterapkan untuk mengaji dan membangun kemandirian petani dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Menjadi petani pemulia tanaman adalah salah satu contohnya.”
Perjuangan
petani untuk memperoleh pengakuan dan dukungan pemerintah atas kegiatan dan
kreatifitas pemuliaan tanaman telah menumbuhkan kesadaran di kalangan mereka
tentang posisi petani dalam relasi hubungan kekuasaan di dunia pertanian. Sejak
revolusi hijau, petani selalu menjadi sasaran program. Dengan terlaksananya
program kerja sama dengan berbagai pihak, petani memiliki kesempatan melakukan
penilaian dan refleksi tentang posisi mereka. Pengalaman melakukan relasi
dengan berbagai pihak dengan krakteristik pelaksanaan program yang berbeda-beda
telah menciptakan kemampuan bagi para petani untuk melakukan sebuah penilaian reflektif tentang siapa
mereka, apa yang dapat mereka lakukan, apa yang baik bagi mereka hingga
akhirnya mereka mampu mempertegas identitas dan jati diri mereka sebagai petani
yang mandiri
masyarakat Indonesia. Metode partisipasi observasi yang khas antropologi dalam kajian masyarakat perdesaan, ditambah dengan etnografi visual yang mendukungnya, sangat tepat diterapkan untuk mengaji dan membangun kemandirian petani dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Menjadi petani pemulia tanaman adalah salah satu contohnya.”
0 komentar:
Posting Komentar