Pages

Subscribe:

Labels

Minggu, 09 Februari 2014

Bisa Dewek (bisa sendiri)

Bisa Dewek adalah sebuah film tentang Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia (IPPHTI), sebuah organisasi petani padi di Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Film ini mendokumentasikan tantangan yang dihadapi petani dalam meraih keterampilan untuk menghasilkan varietas padi sendiri, serta hambatan yang mereka hadapi untuk menjual varietas baru akibat peraturan yang berlaku.
Masalah-masalah yang dihadapi adalah swambada pangan, program politik orde baru, tahun 70an terjadi ledakan hama, prinsip PHT, FFS (Farmer Field School), petani organik, harga pupuk hibrida 40rb/kg menyulitkan petani karena mahal, sebelum revolusi hijau petani menjadi penyeleksi benih lokal tapi selama revolusi hijau petani hanya membeli & menanam benih pemerintah.

Tujuan utama pelaksanaan program “Bisa Dewek” ini yaitu memperoleh dukungan dan pengakuan pemerintah tas aktivitas pemuliaan tanaman memunculkan kesadaran identitas diri petani sebagai IPPHTI.fenomena tersebut berlangsung di kelompok- kelompok basis IPPHTI Kabupaten Indramayu.
Pesan utama yang ingin disampaikan dalam film ini adalah ide kemandirian petani melalui pengembangan Sains Petani. Ada tiga kegiatan Sains Petani yang diangkat dalam film ini, yaitu: kegiatan pemuliaan tanaman (padi dan sayuran), kegiatan budi daya tanaman padi dengan sistem tanam akar sehat atau SRI (System of Rice Intensification) , dan cocok tanam secara organik.

Perubahan yang dialami para petani padi di Indramayu yaitu, mereka tidak hanya menjadi pembeli benih yang diproduksi pemerintah, tetapi juga menjadi produsen
benih, hasil persilangan benih-benih padi yang dilakukannya sendiri. “Bisa Dèwèk” atau “Mampu Melakukan Sendiri”, itulah yang menjadi judul film etnografi yang diproduksi bersama dengan antropolog-antropolog muda Indonesia sebagai media untuk memperoleh pengakuan pemerintah atas ketrampilan mereka menjadi pemulia tanaman.
Film ini memaparkan proses-proses pembentukan dan penguatan identitas di kalangan petani petani yang tergabung dalam organisasi IPPHTI (Ikatan Petani Pengendali Hama Terpadu Indonesia), Indramayu. Proses ini berlangsung melalui serangkaian peristiwa dan kegiatan kolaboratif antara organisasi IPPHTI Indramayu dengan Departemen Antropologi FISIP UI yang berlangsung dalam kurun 2006-2007. Dalam proses tersebut, program sosialisasi nilai kemandirian melalui pembuatan dan penayangan film Bisa Dèwèk tersebut merupakan salah satu titik balik dalam proses pembentukan dan penguatan identitas petani IPPHTI yang menerapkan nilai-nilai kemandirian (Bisa Dèwèk).  
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dan pengamatan terlibat melalui keikutsertaan peneliti dalam program tersebut dan mengikuti perkembangan aktivitas dan pandangan petani. Pembentukan dan penguatan identitas ini berkonsekuensi terhadap munculnya kemampuan petani untuk mendapatakan posisi dan daya tawar baru terhadap pihak-pihak yang selama ini cenderung menempatkan petani sebagai pihak yang sub-ordinat. Pembentukan dan penguatan identitas tersebut kini menempatkan petani dalam sebuah hubungan yang sejajar dengan pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal. Hal tersebut terlihat dalam otonomi petani dalam berbagai pelaksanaan program dan kegiatan Sekolah Lapang Pemuliaan Tanaman (SLPT) dan pengelolaan konservasi benih.
Bagian pertama dalam film ini menyajikan kisah kolaborasi petani dengan para antropolog serta fenomena yang terwujud seputar kerja sama itu. Bagian kedua dalam film ini memaparkan hasil penelitian etnografi para antropolog dalam mengulas fenomena perubahan pengetahuan dan ketrampilan petani sebagai “pemulia tanaman” dalam berbagai dimensi.
Film ini merupakan gambaran konkrit peranan antropologi dalam kajian pembangunan
masyarakat Indonesia. Metode partisipasi observasi yang khas antropologi dalam kajian masyarakat perdesaan, ditambah dengan etnografi visual yang mendukungnya, sangat tepat diterapkan untuk mengaji dan membangun kemandirian petani dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Menjadi petani pemulia tanaman adalah salah satu contohnya.”
Perjuangan petani untuk memperoleh pengakuan dan dukungan pemerintah atas kegiatan dan kreatifitas pemuliaan tanaman telah menumbuhkan kesadaran di kalangan mereka tentang posisi petani dalam relasi hubungan kekuasaan di dunia pertanian. Sejak revolusi hijau, petani selalu menjadi sasaran program. Dengan terlaksananya program kerja sama dengan berbagai pihak, petani memiliki kesempatan melakukan penilaian dan refleksi tentang posisi mereka. Pengalaman melakukan relasi dengan berbagai pihak dengan krakteristik pelaksanaan program yang berbeda-beda telah menciptakan kemampuan bagi para petani untuk melakukan  sebuah penilaian reflektif tentang siapa mereka, apa yang dapat mereka lakukan, apa yang baik bagi mereka hingga akhirnya mereka mampu mempertegas identitas dan jati diri mereka sebagai petani yang mandiri

0 komentar:

Posting Komentar